Friday, December 23, 2005

Bagiku Ia adalah Langit

Bagiku
Ia adalah langit
Ia tidak pernah datang
Melainkan selalu ada

Bagiku
Ia adalah langit
Terbitkan Matahari di kala siang
Dan hadirkan Bulan di kala malam
Untuk terangi langkah-langkahku
Dan cahayakan hidupku

Bagiku
Ia adalah langit
Hiasi hariku dengan pelanginya yang membentang
Hiasi malamku dengan jutaan bintangnya yang bertaburan
Indahkan hidupku agar bahagia selalu menyertai nafas dan tatap mataku

Bagiku
Ia adalah langit
Teduhkanku dengan awan-awan putihnya
Dan basahi kulitku dengan hujannya yang menyegarkan

Bagiku
Ia adalah langit
Tulus
Tiada pernah lelah selimutiku
Dengan selimut-selimut doa

Bagiku
Ia adalah langit
Akankah ku mampu menjamah?
Bahkan sekali, hanya untuk sedikit membalas

Aku mencintaimu, mama
Terimakasih untuk kasihmu yang tulus
Terimakasih untuk doa-doamu yang terkadang kau iringi dengan air mata
Ajarkanku membalas tulus cintamu
Meski ku yakin, bahkan sedikit aku tiada mampu

Saturday, December 17, 2005

Road to January, 22th

Lihat di sana ada perahu menuju kemari. Aku tahu, dia kan singgah sebentar, lalu membawamu pergi setelahnya. Kau tidak akan bersama kami lagi. Kau kan dibawanya bersama perahunya. Entahlah, itu perahu indah atau tidak, tapi kuharap itu yang terbaik bagimu.
Aku juga tidak tau dia kan membawamu kemana. Tapi yang aku tau, kau kan temukan kedamaian bersamanya, dan arah yang kau tuju bersama adalah arah-arah damai.
Oh, dia makin dekat. Lihatlah, dia sudah hampir sampai di dermaga.
Jangan kau lupakan kami. Meski tak lama dulu kita bersama, tapi itu yang terindah yang pernah kami dapatkan.
Aku tidak akan lupakanmu. Di hati kami ada ruang kosong, dan kau telah tempatkan namamu di sana.
Oh, dia sudah injakkan kakinya di dermaga. Selamat jalan. Semoga perahunya membawamu ke pulau yang indah dan damai.

Monday, December 12, 2005

Sajak Angin

Angin sedang berhembus ke Utara, ku kira
Mungkin lebih keras dari yang biasa
Ini angin Selatan, kawan

Ingin ku terbangkan layang-layangku
Tapi benangku mengiris tanganku sendiri
Bisakah aku terbangkan layang-layangku?
Benang ini terlalu tajam
Mungkin akan menyakiti angin yang banyak melewatinya

Di gunung jauh sana, angin tiup ilalangku tak sabar
Tertunduk ilalangku, patuh pada sang angin
Menangis ia di sana
Tapi aku hanya diam
Aku hanya debu yang melekat di rumah kayu
Angin terlalu kuat untukku
Maaf rumput, aku tak mampu

Wednesday, December 07, 2005

Pesta Kecil dengan Senyum

Ada yang berpesta di sana
Dengan segunung daging kalkun dan berpiring nasi
Tapi hanya tawa yang ada, juga kantuk
Dengan perut buncit penuh berkilo makanan

Tapi di sini juga ada pesta
Meski hanya dengan senyum
Bukan berjuta tawa, hanya satu dua
Namun bahagia tercipta
Dalam erat saudaraan kita
Semoga terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya

Selamat Ulang Tahun Blogger Family...
-----------proud to be a part-----

Friday, December 02, 2005

Karena Langit Masih Hujan

Karena langit masih hujan
Alir air berdesak serap masuk ke tanah
Ada yang curang, geser kawan lekat ke batu
Curangkah satu persaingan?

Maka melumpurlah tanahku
Dan tertawalah para batu
Juga para akassia bersuka
Meski banyak cambah menangis
Terseret, bertahan, dan masuk ke kubangan
Tenggelam, busuk dan mati
...
Selalu...
Dan kita tak sadar dalam satu lamun
Di sini
Karena langit masih hujan

---------------di sisi rintik, Ramsis UNHAS 2b-205----

Thursday, December 01, 2005

5 kalimat untuk sebuah hari depan

Akulah yang jauh vertikal di bawahmu, tak pernah layak. Dapatkah takutku 'kan hilang di depan wajah-wajah Pembesar Yang Paling Kau Hormati? Karena aku vertikal jauh di bawahmu. Atau wajah Pembesar Yang Paling Kau Hormati 'kan lengkungkan senyum ketika ku sudah horizontal di sampingmu? Jika ya, sabarlah dalam banyak tahun.