Masa seperti ini akhirnya tiba jua menyapa
Seperti tangis senja yang dulu kita saksikan berdua di tepi tawa
Pendar jingga tak lagi bertutur mesra pada siang yang mulai hilang
Pun ia membenci malam yang sebentar lagi menenggelamkannya di sudut mata
Sedianya persuaan itu hangatkan malam setelahnya
Bukan meratapi kabut dingin yang perlahan selimuti kulit kita yang kering
Masihkah kau mengingatku sebagai matahari siang tadi
Yang berjanji datang esok pagi mengetuk pintu rumahmu?
Atau kau menjauh sendiri kini
Lupa pernah mendekapku dengan dua lengan kecilmu
Dan tetes air matamu meninggalkan jejak cinta di dadaku?
Ketika temaram mulai menyisakan hening
Akankah darimu ku dengar lagi tanya
Tentang surga yang dijanjikan padamu dulu?
Jika memang surga yang kau tuju
Cinta yang kau cipta
Tak akan menyatukan kita di sana
Tuesday, March 04, 2008
Sunday, March 02, 2008
2 Maret 2008

Mengapa 'ku biarkan ilalang merunduk tubuhnya Diterpa sepoi yang lembut melenakan raga Dan tak mampu 'ku cegah menjadi candu nan nyaman bagiku? Mengapa pula angin itu terlalu sejuk menyapa Semilir pada pagi hening Pada cerah siang kerontang Juga pada sepertiga malam-malam kemarin? Dan aku tak mampu mengelak Pada suara merdu yang ia nyanyikan Dan kini aku menggigil nyeri Pesakitan, menyeruak perih Menyadari aku harus menutup diriku rapat
Sejuk yang ia tawarkan
Kini berubah dingin
Sunday, February 10, 2008
febtenh-o-eit
Untukmu yang air matanya meminta tanya
pertanyaan atau pernyataan
tentang apa atau ada
itu tak pernah ada
kecuali yang 'ku simpan di tamanku sendiri
yang ku pijak dengan sandal jepit sebelah kaki
namun sapaanku di tiupan angin pagi tadi
sebenar-benar menjadikan sudutmatamu hulu
sungai air mata yang bermuara pada pertanyaan asa
juga perkara masa
***
Untuk engkau yang suaranya menyimpan kabut senja
cerita itu lagi yang engkau tawarkan
di malam persuaan air mata engkau suguhkan
kini dan waktu di sepelemparan masa ke depan
pintu kisah belum terkunci agar bisa engkau masuki esok atau kapan
meski suguhanku hanya secangkir teh pahit pekat
dan sisa potongan roti kemarin pagi yang lupa engkau habiskan
datanglah kapan saja
aku akan menyambut dengan suka cita
di sudut ruang yang sudah lama kugambar ulang
pertanyaan atau pernyataan
tentang apa atau ada
itu tak pernah ada
kecuali yang 'ku simpan di tamanku sendiri
yang ku pijak dengan sandal jepit sebelah kaki
namun sapaanku di tiupan angin pagi tadi
sebenar-benar menjadikan sudutmatamu hulu
sungai air mata yang bermuara pada pertanyaan asa
juga perkara masa
***
Untuk engkau yang suaranya menyimpan kabut senja
cerita itu lagi yang engkau tawarkan
di malam persuaan air mata engkau suguhkan
kini dan waktu di sepelemparan masa ke depan
pintu kisah belum terkunci agar bisa engkau masuki esok atau kapan
meski suguhanku hanya secangkir teh pahit pekat
dan sisa potongan roti kemarin pagi yang lupa engkau habiskan
datanglah kapan saja
aku akan menyambut dengan suka cita
di sudut ruang yang sudah lama kugambar ulang
Friday, July 07, 2006
Dan semua ... akan berakhir dengan tiada guna
Siapa aku? Tidak, dia bukan aku.
Tapi aku akan jadi sepertinya. Seperti yang kau inginkan.
Aku bisa. Meski berat, aku bisa. Dan memang sudah seharusnya.
Meski aku juga tahu. Tiada gunanya.
Seperti bulan di kala siang.
Tapi aku akan jadi sepertinya. Seperti yang kau inginkan.
Aku bisa. Meski berat, aku bisa. Dan memang sudah seharusnya.
Meski aku juga tahu. Tiada gunanya.
Seperti bulan di kala siang.
Friday, December 23, 2005
Bagiku Ia adalah Langit
Bagiku
Ia adalah langit
Ia tidak pernah datang
Melainkan selalu ada
Bagiku
Ia adalah langit
Terbitkan Matahari di kala siang
Dan hadirkan Bulan di kala malam
Untuk terangi langkah-langkahku
Dan cahayakan hidupku
Bagiku
Ia adalah langit
Hiasi hariku dengan pelanginya yang membentang
Hiasi malamku dengan jutaan bintangnya yang bertaburan
Indahkan hidupku agar bahagia selalu menyertai nafas dan tatap mataku
Bagiku
Ia adalah langit
Teduhkanku dengan awan-awan putihnya
Dan basahi kulitku dengan hujannya yang menyegarkan
Bagiku
Ia adalah langit
Tulus
Tiada pernah lelah selimutiku
Dengan selimut-selimut doa
Bagiku
Ia adalah langit
Akankah ku mampu menjamah?
Bahkan sekali, hanya untuk sedikit membalas
Aku mencintaimu, mama
Terimakasih untuk kasihmu yang tulus
Terimakasih untuk doa-doamu yang terkadang kau iringi dengan air mata
Ajarkanku membalas tulus cintamu
Meski ku yakin, bahkan sedikit aku tiada mampu
Ia adalah langit
Ia tidak pernah datang
Melainkan selalu ada
Bagiku
Ia adalah langit
Terbitkan Matahari di kala siang
Dan hadirkan Bulan di kala malam
Untuk terangi langkah-langkahku
Dan cahayakan hidupku
Bagiku
Ia adalah langit
Hiasi hariku dengan pelanginya yang membentang
Hiasi malamku dengan jutaan bintangnya yang bertaburan
Indahkan hidupku agar bahagia selalu menyertai nafas dan tatap mataku
Bagiku
Ia adalah langit
Teduhkanku dengan awan-awan putihnya
Dan basahi kulitku dengan hujannya yang menyegarkan
Bagiku
Ia adalah langit
Tulus
Tiada pernah lelah selimutiku
Dengan selimut-selimut doa
Bagiku
Ia adalah langit
Akankah ku mampu menjamah?
Bahkan sekali, hanya untuk sedikit membalas
Aku mencintaimu, mama
Terimakasih untuk kasihmu yang tulus
Terimakasih untuk doa-doamu yang terkadang kau iringi dengan air mata
Ajarkanku membalas tulus cintamu
Meski ku yakin, bahkan sedikit aku tiada mampu
Saturday, December 17, 2005
Road to January, 22th
Lihat di sana ada perahu menuju kemari. Aku tahu, dia kan singgah sebentar, lalu membawamu pergi setelahnya. Kau tidak akan bersama kami lagi. Kau kan dibawanya bersama perahunya. Entahlah, itu perahu indah atau tidak, tapi kuharap itu yang terbaik bagimu.
Aku juga tidak tau dia kan membawamu kemana. Tapi yang aku tau, kau kan temukan kedamaian bersamanya, dan arah yang kau tuju bersama adalah arah-arah damai.
Oh, dia makin dekat. Lihatlah, dia sudah hampir sampai di dermaga.
Jangan kau lupakan kami. Meski tak lama dulu kita bersama, tapi itu yang terindah yang pernah kami dapatkan.
Aku tidak akan lupakanmu. Di hati kami ada ruang kosong, dan kau telah tempatkan namamu di sana.
Oh, dia sudah injakkan kakinya di dermaga. Selamat jalan. Semoga perahunya membawamu ke pulau yang indah dan damai.
Aku juga tidak tau dia kan membawamu kemana. Tapi yang aku tau, kau kan temukan kedamaian bersamanya, dan arah yang kau tuju bersama adalah arah-arah damai.
Oh, dia makin dekat. Lihatlah, dia sudah hampir sampai di dermaga.
Jangan kau lupakan kami. Meski tak lama dulu kita bersama, tapi itu yang terindah yang pernah kami dapatkan.
Aku tidak akan lupakanmu. Di hati kami ada ruang kosong, dan kau telah tempatkan namamu di sana.
Oh, dia sudah injakkan kakinya di dermaga. Selamat jalan. Semoga perahunya membawamu ke pulau yang indah dan damai.
Monday, December 12, 2005
Sajak Angin
Angin sedang berhembus ke Utara, ku kira
Mungkin lebih keras dari yang biasa
Ini angin Selatan, kawan
Ingin ku terbangkan layang-layangku
Tapi benangku mengiris tanganku sendiri
Bisakah aku terbangkan layang-layangku?
Benang ini terlalu tajam
Mungkin akan menyakiti angin yang banyak melewatinya
Di gunung jauh sana, angin tiup ilalangku tak sabar
Tertunduk ilalangku, patuh pada sang angin
Menangis ia di sana
Tapi aku hanya diam
Aku hanya debu yang melekat di rumah kayu
Angin terlalu kuat untukku
Maaf rumput, aku tak mampu
Mungkin lebih keras dari yang biasa
Ini angin Selatan, kawan
Ingin ku terbangkan layang-layangku
Tapi benangku mengiris tanganku sendiri
Bisakah aku terbangkan layang-layangku?
Benang ini terlalu tajam
Mungkin akan menyakiti angin yang banyak melewatinya
Di gunung jauh sana, angin tiup ilalangku tak sabar
Tertunduk ilalangku, patuh pada sang angin
Menangis ia di sana
Tapi aku hanya diam
Aku hanya debu yang melekat di rumah kayu
Angin terlalu kuat untukku
Maaf rumput, aku tak mampu
Wednesday, December 07, 2005
Pesta Kecil dengan Senyum
Ada yang berpesta di sana
Dengan segunung daging kalkun dan berpiring nasi
Tapi hanya tawa yang ada, juga kantuk
Dengan perut buncit penuh berkilo makanan
Tapi di sini juga ada pesta
Meski hanya dengan senyum
Bukan berjuta tawa, hanya satu dua
Namun bahagia tercipta
Dalam erat saudaraan kita
Semoga terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya
Selamat Ulang Tahun Blogger Family...
-----------proud to be a part-----
Dengan segunung daging kalkun dan berpiring nasi
Tapi hanya tawa yang ada, juga kantuk
Dengan perut buncit penuh berkilo makanan
Tapi di sini juga ada pesta
Meski hanya dengan senyum
Bukan berjuta tawa, hanya satu dua
Namun bahagia tercipta
Dalam erat saudaraan kita
Semoga terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya
Selamat Ulang Tahun Blogger Family...
-----------proud to be a part-----
Friday, December 02, 2005
Karena Langit Masih Hujan
Karena langit masih hujan
Alir air berdesak serap masuk ke tanah
Ada yang curang, geser kawan lekat ke batu
Curangkah satu persaingan?
Maka melumpurlah tanahku
Dan tertawalah para batu
Juga para akassia bersuka
Meski banyak cambah menangis
Terseret, bertahan, dan masuk ke kubangan
Tenggelam, busuk dan mati
...
Selalu...
Dan kita tak sadar dalam satu lamun
Di sini
Karena langit masih hujan
Alir air berdesak serap masuk ke tanah
Ada yang curang, geser kawan lekat ke batu
Curangkah satu persaingan?
Maka melumpurlah tanahku
Dan tertawalah para batu
Juga para akassia bersuka
Meski banyak cambah menangis
Terseret, bertahan, dan masuk ke kubangan
Tenggelam, busuk dan mati
...
Selalu...
Dan kita tak sadar dalam satu lamun
Di sini
Karena langit masih hujan
---------------di sisi rintik, Ramsis UNHAS 2b-205----
Thursday, December 01, 2005
5 kalimat untuk sebuah hari depan
Akulah yang jauh vertikal di bawahmu, tak pernah layak. Dapatkah takutku 'kan hilang di depan wajah-wajah Pembesar Yang Paling Kau Hormati? Karena aku vertikal jauh di bawahmu. Atau wajah Pembesar Yang Paling Kau Hormati 'kan lengkungkan senyum ketika ku sudah horizontal di sampingmu? Jika ya, sabarlah dalam banyak tahun.
Subscribe to:
Posts (Atom)