Puisi-puisi diam
Dalam sajak-sajak invisi yang buram
Hanya bahasa-bahasa hati yang mampu pahami
Dalam ruang-ruang kosong di kalbu, yang sengaja kita sisihkan 'tuk sesekali menampung suara-suara kecilnya
Dalam cahaya-cahaya remang lilin kamar, yang sesekali kita nyalakan dalam gelap-pekat malam 'tuk lihat ujud nyatanya
Hanya tangis yang bisa berubah
Ketika rongga-rongga dada tak lagi mampu hangatkan tubuh kita
Hanya senyum yang bisa tenangkan
Ketika riak-riak kecil hati t'lah menjadi badai dan bandang yang menghancurkan
Dengarlah, kita tertawa
Sesekali terduduk, bersila, atau melipat lutut di depan dada
Tataplah, tajam, kita tersenyum
Sambil terus melirik ke arah kaki yang tak lagi patah, tak lagi pincang
Peluklah aku, tahtakan leherku dengan kalungan lenganmu
Biar ku artikan kata-kata ini tanpamu
Hingga ku sadar aku adalah kalbu yang kosong
Tuesday, October 04, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment