Saturday, October 22, 2005

sahabat, untukmu bait ini tertuliskan, untukmu, pada hati yang teselubung kerinduan

Kapan kita kembali ke malam di mana kita melihat burung hantu bersandar mengintip kita di tepi danau berdua?
Masih jelas kuingat ketika memimpin doa untukmu, agar kita tetap dilindungiNya, Tuhan kita, dari kejadian yang menimpa sesuatu yang disembunyikan di dasar air.
Aku masih juga ingat mengapa malam itu kita datang ke tempat rahasia kita itu, saat aku sedih. Aku yang menunjukkan jalan, namun kau yang mengajakku ke sana.
Itu tempat kesukaanku, itu yang kukatakan saat itu. Tempatku tenangkan riak hati dalam ruang dada yang begolak.
Dan hari ini masih sama, itu masih tempat yang sama, bahkan masih sama di hati ini.
Walau kini aku lebih sering sendiri, selalu sendiri.
Dan burung hantu sudah letih menunggumu. Tidak lagi ia tertarik melihatku sedih duduk melesu di bawah pohonnya.
Apalagi jika mengenang tentang cerita sesuatu yang berada di dasar air itu.
Burung hantu itu sudah jarang duduk di dahannya.
Hanya sesekali melintas di atasku diam-diam, mengintai dirimu, apakah telah kembali.

Salam paling indah darinya untukmu, ia masih mengharap melihatmu di bawah pohonnya menemaniku. Walau kini aku akan berusaha membiasakan diri dengan kesendirian.

Salam paling indah pula dariku untukmu, jika surat ini tidak sampai padamu kuharap tidak kau lupakan aku yang sedang diam menunggu di tempat duduk di tepi danau, tempat rahasia kita.
Dan terimakasih atas pemberianmu malam itu. Ia masih indah. Aku akan terus mengharapkan kau terus memberiku di tiap kehadirannya.

--------------------------------------mus--

No comments: